Hai guys, saya datang lagi nih. setelah ngepost tentang sesuatu hal yang gak jelas banget. saya datang membawa artikel yang amat sangat menarik untuk dibaca, terutama buat para siswa nih !! pasti banyak yang setuju. :)
artikel ini saya baca diBuku Bahasa Indonesia kelas X SMA lohh. so, check this out guys
artikel ini saya baca diBuku Bahasa Indonesia kelas X SMA lohh. so, check this out guys
Generasi Stress Masa Depan
Dalam salah satu cerpennya yang berjudul "Kami Lepas
Anak Kami", sastrawan Gus Sakai menuliskan keprihatinanya atas kondisi
pendidikan di indonesia saat ini. cerpen tersebut bercerita tentang para orang
tua yang setiap pagi, melakukan prosesi pelepasan kepergian anaknya ke sekolah.
anak-anak mencium tangan sang ayah, kemudian melambaikan tangannya untuk masuk
ke dalam pekarangan sekolah. rutinitas , setiap
hari.
namun pad suatu hari, sang ayah ingin masuk ke dalam ruangan
sekolah tersebut untuk bertemu dengan kepala sekolahnya. dia harus naik ke
lantai dua, lantai tiga, dan entah berapa lantai lagi, kemudian masuk ke ruangan, belok kanan, ke ruangan
lagi, belok kanan, belok kiri, masuk ruangan yang gelap dan dingin hingga
akhirnya dia baru menyadari, tak pernah bertemu dengan guru-guru dan kepala
sekolah tersebut. tiba-tiba ia berada di sebuah ketinggian dan bisa melihat
pemandangan yang sangat menakjubkan . ribuan orang tua di sebuah lapangan
melakukan prosesi melepas anak-anaknya ke sekolah, dan ketika memasuki
pekarangan sekolah, anak-anak itu berubah menjadi robot-robot yang menyandang
tas dengan terbungkuk-bungkuk.....
ya, anak-anak sudah menjadi robot. mereka setiap hari harus
menanggung beban mata pelajaran, menghafal rumus ini itu, membuat tugas, les
ini itu, ikut pelatihan ini itu, ikut bimbingan mata pelajaran untuk Ujian
Nasional, untuk masuk perguruan tinggi, untuk masa depan mereka katanya. mereka
kehilangan waktu bermain, kehilangan keindahan masa kecil, belajar dari pagi
sampai sore, ketika sampai ke rumah harus belajar lagi untuk esoknya dan kadang
tak perrnah menikmati tidur nyenyak. yang terbayang-bayang hanyalah guru-guru
yang siap memberikan hukuman di sekolah ketika mereka terlambat sekolah, ketika
tidak membuat tugas, ketika tidak hafal rumus, ketika sepatunya tidak seragam,
ketika uang sekolahnya terlambat, ketika uang bveli bukunya terlambat hingga
mereka lupa sarapan atau sekedar minum susu yang kini harganya melambung.
sistem pendidikan kita tidak memberikan tempat kepada siswa
untuk berpikir bebas, mempertanyakan sesuatu, berdiskusi dan sebagainya.
anak-anak di cekoki dengan dogma dan aturan-aturan yang membuat mereka
benar-benar di hantui.
lihatlah setiap pagi ketika musim hujan tiba. di jalanan
ketika mereka diantar oleh ayah atau ibu mereka, banyak yang duduk di sadel
kendaraan bermotor sambil membuka buku pelajaran dan membaca ketika kendaraan
melaju kencang di tengah pikuk dan semrawutnya
lalu lintas. mereka memaksakan diri untuk hafal rumus atau teori-teori
tanpa aplikasi, yang mungkin akan keluar dalam ujian nanti. sebuah cara belajar
yang membahayakan diri nya sang ayah dan ibu yang mengantar dan mengendarai
motor. mereka hanya punya satu keinginan , tidak salah dalam ujian nanti, maka
berbagai cara di lakukan termasuk membaca di atas motor. maka beruntunglah bagi
mereka yang di antar oleh ayah atau ibunya.
menjelang meninggalkan sekolah akhir kelas 3. mereka juga
harus menghadapi persoalan yang berat, ujian nasional. inilah moment yang
beberapa tahun terakhir menghantui anak sekolah. mereka harus mencapai nilai
yang sudah di tentukan oleh pusat untuk bisa lulus, kalau tidak ingin mengulang
lagi. per mata pelajaran harus mencapai nilai tersebut dan tidak dihitung
komulatifnya seperti sistem ujian nasional sepuluh atau lima belas tahun lalu
ketika Nilai Ebtanas Murin (NEM) hanya menjadi salah satu syarat lulus, dan
bukan satu-satunya syarat lulus.
entah akan jadi apa generasi ke depan ketika beban berat di
pikiran mereka sudah di tumpuk bahkan ketika mereka masih di bangku sekolah .
bukan tidak mungkin, keinginan untuk mendapatkan generasi cerdas di masa depan,
akan berubah menjadi monster baru, generasi stres yang mampu menerima sebuah
sistem pendidikan dan pengajaran yang di paksakan oleh negara !!!!
******************************************************
gimana readers, tersentuhkah dengan artikel diatas? :D
ya udah, sampai sini dulu pertemuan kita di Entri ini.
jangan lupa follow, and comment yah~
Byeeebyee
******************************************************
gimana readers, tersentuhkah dengan artikel diatas? :D
ya udah, sampai sini dulu pertemuan kita di Entri ini.
jangan lupa follow, and comment yah~
Byeeebyee
Tidak ada komentar:
Posting Komentar